Kelas tanpa Guru

Terima kasih sama Tuhan dan guru Biologi yang entah kenapa tidak berada di kelas, karena mereka, gua bisa nulis post ini.

Ya post ini gua buat saat guru Biologi sedang tidak berada di Kelas. Suasana kelas tidak kondusif, semua menggila. Ga semua sih, beberapa. Gua sendiri, menyerah dengan tugas yang diberikan oleh guru Biologi tercinta.

Senang. Itu reaksi alami siswa yang udah males belajar, terus gurunya malah bilang ga ada. Tapi dibalik itu ada tugas yang menanti, walaupun ga semua ‘care’ dengan tugasnya. Gua sendiri juga kalau dikasi tugas begitu, gua bakal jadikan PR dan kerjain di rumah, itupun kalau gua belajar di rumah. Kalau. Sayangnya rumah bukan tempat belajar bagi gua. Hm.

Nah, udah jadi tradisi pas ga ada guru. Ada wejangan “Ga boleh ribut”. Klasik. Tapi, Sebagai kumpulan anak muda dalam pertumbuhan yang ga bisa diem dan bagai hewan buas, wajar aja kelasnya ribut. Penjinaknya aja kagak ada. Tapi gua juga bingung aja, di belahan dada eh dunia mana ada sebuah sekolah dimana kalau kelasnya ditinggal guru masih tenang dan kondusif? Hm.

Tapi guru yang juga seorang manusia, selalu tidak puas dengan apa yang ada, dan juga tidak sempurna dan suka marah kalau kelasnya ribut. Sebenarnya guru marah itu karena dia merasa tersakiti dan terkhianati. Kenapa? Karena dia udah berharap kelasnya kaga ribut, tapi harapannya telah dikhianati.

Guru itu bagai cewek dan murid itu cowok, bagaimana pun kita murid selalu salah di mata guru. Guru juga minta perhatian yang sama kayak kita merhatiin cewek. Simpel. Tapi ga semua cowok peka terhadap rangsangan cewek. Hm.

Nah balik lagi ke php. Apa kita telah mengkhianati perasaan dan harapan seorang guru. Astaga. Apakah kita telah meng-php-kan seseorang?